Monday, November 3, 2014

Sejarah Ketuhanan Menurut Abbas Mahmud






SEJARAH KETUHANAN MENURUT ABBAS MAHMUD AL-AQQAD
Makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah SEJARAH AGAMA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
ANDI RAHIM PARDOMUAN SIREGAR
ANDRI MANARAGUNA HALOMOAN HARAHAP



INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA FAKULTAS USHULUDDIN JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA T.A. 2013-2014
KATAPENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat allah saw yang telah memberikan rahmat hidayahnya  serta pertolongan kepada kita semua shalawat serta salam tidak lupa kami sanjungkan kepada nabi Muhammad saw yang kita nantikan syafaatnya di hari qiamat.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah supaya bisa membantu memahami mata  kuliah sejarah agama. Bagi mahasiswa yang mempelajarinya.di sini saya mencoba untuk menguraikan kajian kajian terhadap sejarah pengenalan manusia terhadap TUhan, dan apabila masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besrnya

                                                                                                                                                Medan, 05 April 2014
                                                                                                                                                                  Penulis












Pendahuluan
Kehidupan manusia takkan pernah lepas dari yang namanya penyembahan. Setiap manusia membutuhkan sosok yang bisa dijadikan sebagai tuntutan dan tempat meminta. Dalam proses situ disebutdengan proses penarian Tuhan.
Dalam mngenali tuhan banyak tahapan-tahapan yang dilalui. Abbas Mahmud Al-aqqad mengurai pendapatnya tentang proses Ketuhanan tersebut yangn ditulisnya dalam karangannya yang berjudul “ALLAH”.
Dan melalui makalah ini akan memcoba mebahas proses-proses Ketuhanan.
















SEJARAH KETUHANAN MENURUT ABBAS MAHMUD AL-‘AQQAD

Manusia mengalami perkembangan dalam keyakinannya. Bermula dari keyakinan primitf, lalu berkembang sedikit demi sedikit menjadi sebuah agama yang utuh. Abbas Mahmud Al-‘Aqqad berpendapat bahwa perkembangan manusia dalam hal aqidah sama persis dengan perkembangannya dalam ilmu pengetahuan. Tetapi dalam hal ini Al-‘Aqqad sedikit membedakan bahwa perkembangan tersebut bukan berarti awal munculnya ilmu pengetahuan lebih maju daripada awal munculnya agama dan peribadatan. Hal ini dapat dilihat dari upaya-upaya manusia untuk meraih agama justru lebih sulit dan lebih memakan waktu yang panjang dibandingkan upaya-upaya mereka dalam meraih ilmu pengetahuan.
Para ulama  berpendapat bahwa dongeng-dongeng merupakan asal muasal munculnya agama pada orang primitif. Tetapi dalam hal ini, dongeng-dongeng tersebut tidak berarti ditolak seluruhnya dan juga tidak diterima seluruhnya. Karena aqidahnya kaum primitif telah bercampur dengan dongeng-dongeng yang berisi tentang kisah-kisah kaum suci. Makanya tidak mudah untuk menolak pendapat tentang adanya keterkaitan antara aqidah dan dongeng tersebut. Tetapi di sisi lain, tidak mudah juga untuk mengambil benang merah kesesuaian antara aqidah dan dongeng dalam segala aspeknya. Karena terkadang aqidah mereka sudah tercakup didalamnya unsur dongeng, tetapi dongeng mereka tidak tercakup didalamnya unsur agama. Akan tetapi dalam perkembangannya, di dalam dongeng-dongeng tersebut ternyata terdapat kelemahan dalam aspek kebahasaannya.
Menurut Abbas Mahmud Al-‘Aqqad bahwa ulama telah membagi ada 3 fase perkembangan yang dilalui oleh kaum Badui dalam keyakinan mereka terhadap Tuhan:
  1. Fase Politeisme
Dalam fase ini, kelompok-kelompok yang ada pada kaum Badui menjadikan banyak tuhan bagi mereka, bahkan terhitung tuhan mereka ada 10 bahkan bisa lebih mencapai 100 tuhan. Karena dalam pandangan mereka bahwa setiap keluarga yang besar hendaknya memiliki tuhan masing-masing yang mereka sembah dan mereka berikan kepadanya sesembahan-sesembahan.


  1. Fase Henoteisme
Fase ini ialah fase dimana kaum Badui mulai untuk memilah-milah dan menguatkan keyakinan mereka pada satu tuhan diantara tuhan-tuhan yang sudah ada sebelumnya. Tuhan yang diyakini oleh sebuah kelompok yang besar kiranya juga harus diyakini oleh kelompok yang lainnya. Dimana fungsi tuhan ini ialah untuk melindungi dan tempat sandaran hidup.
  1. Fase Monoteisme
Pada fase ini umat manusia telah disatukan dan berkumpul dalam satu bentuk ibadah, yang berasal dari banyaknya tuhan. Dan ibadah ini disesuaikan dengan ajaran tuhan dari musim yang sedang berlangsung ketika itu.
Tuhan-tuhan yang terdapat pada umat terdahulu tidak satu macam bentuknya, melainkan terdiri dari tuhan yang bermacam-macam:
1.      Tuhan Alam, yaitu tuhan-tuhan  yang menyerupai bentuk-bentuk yang ada pada ala mini, seperti petir, kilat, hujan, cahaya, kegelapan, dan lain-lain.
2.      Tuhan Manusia, yaitu tuhan-tuhan yang sesuai dengan nama-nama para pahlawan dan pemimpin-pemimpin yang mereka cintai dan takuti. Dan para pengikut dari tuhan ini menganggap bahwa tuhan tersebut mampu melakukan sesuatu yang luar biasa dan memiliki mukjizat.
3.      Tuhan Keluarga, yaitu para pendahulu mereka yang mereka cintai. Tuhan-tuhan ini disembah oleh anak-anak mereka dan cucu-cucu mereka. Mereka hidup dengan cara selalu melakukan peringatan-peringatan dalam bentuk perayaan pada musim-musim tertentu.
4.      Tuhan Maknawi, yaitu tuhan perang, tuhan berburu, tuhan keadilan, tuhan kebaikan dan tuhan keselamatan.
5.      Tuhan Rumah (tempat tinggal), yaitu tuhan cahaya, tuhan sumur, dan tuhan makanan.
6.      Tuhan Keturunan dan Kesuburan, yaitu tuhan dalam bentuk wanita, yang mereka sebut dengan istilah Ibu Abadi.
7.      Tuhan Pencipta, yaitu tuhan yang disandarkan kepadanya penciptaan langit, bumi, manusia dan hewan.
8.      Tuhan Yang Tinggi, yaitu tuhan para makhluk, dimana para hamba mematuhinya dengan cara menjalankan syariat-syariat yang baik, serta yang akan menghisab mereka, dan terkumpul pada tuhan tersebut contoh yang agung dalam kebaikan dan akhlak.



No comments:

Post a Comment