SEJARAH
KETUHANAN MENURUT ABBAS MAHMUD AL-AQQAD
Makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah SEJARAH AGAMA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
ANDI RAHIM
PARDOMUAN SIREGAR
ANDRI
MANARAGUNA HALOMOAN HARAHAP
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SUMATRA UTARA FAKULTAS USHULUDDIN JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA T.A. 2013-2014
KATAPENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat allah saw yang telah
memberikan rahmat hidayahnya serta
pertolongan kepada kita semua shalawat serta salam tidak lupa kami sanjungkan
kepada nabi Muhammad saw yang kita nantikan syafaatnya di hari qiamat.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah supaya bisa
membantu memahami mata kuliah sejarah
agama. Bagi mahasiswa yang mempelajarinya.di sini
saya mencoba untuk menguraikan kajian kajian terhadap sejarah pengenalan manusia
terhadap TUhan, dan apabila masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besrnya
Medan, 05 April 2014
Penulis
Pendahuluan
Kehidupan manusia takkan pernah lepas dari yang
namanya penyembahan. Setiap manusia membutuhkan sosok yang bisa dijadikan
sebagai tuntutan dan tempat meminta. Dalam proses situ disebutdengan proses
penarian Tuhan.
Dalam mngenali tuhan banyak tahapan-tahapan yang
dilalui. Abbas Mahmud Al-aqqad mengurai pendapatnya tentang proses Ketuhanan
tersebut yangn ditulisnya dalam karangannya yang berjudul “ALLAH”.
Dan melalui makalah ini akan memcoba mebahas
proses-proses Ketuhanan.
SEJARAH KETUHANAN MENURUT ABBAS MAHMUD AL-‘AQQAD
Manusia mengalami perkembangan dalam keyakinannya.
Bermula dari keyakinan primitf, lalu berkembang sedikit demi sedikit menjadi
sebuah agama yang utuh. Abbas Mahmud Al-‘Aqqad berpendapat bahwa perkembangan
manusia dalam hal aqidah sama persis dengan perkembangannya dalam ilmu
pengetahuan. Tetapi dalam hal ini Al-‘Aqqad sedikit membedakan bahwa perkembangan
tersebut bukan berarti awal munculnya ilmu pengetahuan lebih maju daripada awal
munculnya agama dan peribadatan. Hal ini dapat dilihat dari upaya-upaya manusia
untuk meraih agama justru lebih sulit dan lebih memakan waktu yang panjang dibandingkan
upaya-upaya mereka dalam meraih ilmu pengetahuan.
Para ulama berpendapat
bahwa dongeng-dongeng merupakan asal muasal munculnya agama pada orang
primitif. Tetapi dalam hal ini, dongeng-dongeng tersebut tidak berarti ditolak
seluruhnya dan juga tidak diterima seluruhnya. Karena aqidahnya kaum primitif
telah bercampur dengan dongeng-dongeng yang berisi tentang kisah-kisah kaum
suci. Makanya tidak mudah untuk menolak pendapat tentang adanya keterkaitan
antara aqidah dan dongeng tersebut. Tetapi di sisi lain, tidak mudah juga untuk
mengambil benang merah kesesuaian antara aqidah dan dongeng dalam segala
aspeknya. Karena terkadang aqidah mereka sudah tercakup didalamnya unsur
dongeng, tetapi dongeng mereka tidak tercakup didalamnya unsur agama. Akan
tetapi dalam perkembangannya, di dalam dongeng-dongeng tersebut ternyata
terdapat kelemahan dalam aspek kebahasaannya.
Menurut Abbas Mahmud Al-‘Aqqad bahwa ulama telah
membagi ada 3 fase perkembangan yang dilalui oleh kaum Badui dalam keyakinan
mereka terhadap Tuhan:
- Fase Politeisme
Dalam fase ini, kelompok-kelompok yang ada pada kaum
Badui menjadikan banyak tuhan bagi mereka, bahkan terhitung tuhan mereka ada 10
bahkan bisa lebih mencapai 100 tuhan. Karena dalam pandangan mereka bahwa
setiap keluarga yang besar hendaknya memiliki tuhan masing-masing yang mereka
sembah dan mereka berikan kepadanya sesembahan-sesembahan.
- Fase Henoteisme
Fase ini ialah fase dimana kaum Badui mulai untuk
memilah-milah dan menguatkan keyakinan mereka pada satu tuhan diantara
tuhan-tuhan yang sudah ada sebelumnya. Tuhan yang diyakini oleh sebuah kelompok
yang besar kiranya juga harus diyakini oleh kelompok yang lainnya. Dimana
fungsi tuhan ini ialah untuk melindungi dan tempat sandaran hidup.
- Fase Monoteisme
Pada fase ini umat manusia telah disatukan dan
berkumpul dalam satu bentuk ibadah, yang berasal dari banyaknya tuhan. Dan
ibadah ini disesuaikan dengan ajaran tuhan dari musim yang sedang berlangsung
ketika itu.
Tuhan-tuhan yang terdapat pada umat terdahulu tidak
satu macam bentuknya, melainkan terdiri dari tuhan yang bermacam-macam:
1.
Tuhan Alam,
yaitu tuhan-tuhan yang menyerupai
bentuk-bentuk yang ada pada ala mini, seperti petir, kilat, hujan, cahaya,
kegelapan, dan lain-lain.
2.
Tuhan Manusia, yaitu
tuhan-tuhan yang sesuai dengan nama-nama para pahlawan dan pemimpin-pemimpin
yang mereka cintai dan takuti. Dan para pengikut dari tuhan ini menganggap
bahwa tuhan tersebut mampu melakukan sesuatu yang luar biasa dan memiliki
mukjizat.
3.
Tuhan Keluarga,
yaitu para pendahulu mereka yang mereka cintai. Tuhan-tuhan ini disembah oleh
anak-anak mereka dan cucu-cucu mereka. Mereka hidup dengan cara selalu
melakukan peringatan-peringatan dalam bentuk perayaan pada musim-musim
tertentu.
4.
Tuhan Maknawi,
yaitu tuhan perang, tuhan berburu, tuhan keadilan, tuhan kebaikan dan tuhan
keselamatan.
5.
Tuhan Rumah
(tempat tinggal), yaitu tuhan cahaya, tuhan sumur, dan tuhan makanan.
6.
Tuhan Keturunan
dan Kesuburan, yaitu tuhan dalam bentuk wanita, yang mereka sebut dengan
istilah Ibu Abadi.
7.
Tuhan Pencipta,
yaitu tuhan yang disandarkan kepadanya penciptaan langit, bumi, manusia dan
hewan.
8.
Tuhan Yang
Tinggi, yaitu tuhan para makhluk, dimana para hamba mematuhinya dengan cara
menjalankan syariat-syariat yang baik, serta yang akan menghisab mereka, dan
terkumpul pada tuhan tersebut contoh yang agung dalam kebaikan dan akhlak.
No comments:
Post a Comment