Disusun oleh Nurma Syahputri
BAB I
PENDAHULUAN
Telah kita ketahui, Logika
mempelajari cara bernalar yang benar dan kita tidak bisa melaksanakannya tanpa
memiliki dahulu pengetahuan yang menjadi premisnya. Bila kita bandingkan dengan
sebuah bangunan, premis itu adalah batu, pasir dan semennya; sedangkan proses
penalaran itu dapat kita samakan dengan bagan atau arsitekturnya. Dengan semen,
batu dan pasir serta arsitekturnya yang baik akan dihasilkan bangunan yang
indah dan kokoh, dengan premis yang dapat dipertanggungjawabkan dan melalui
proses penalaran yang sah akan dihasilkan kesimpulan yang benar.[1]
Premis-premis di mana Logika bergelut
berupa pernyataan dalam bentuk kata-kata , meskipun dalam penyelidikan lebih
lanjut dijumpai pernyataan dalam bentuk kata-kata, meskipun dalam penyelidikan
lebih lanjut dijumpai pernyataan dalam rumus-rumus.[2]
Pernyataan pikiran manusia adakalanya mengungkapkan
keinginan, perintah, harapan, cemooh, kekaguman dan pengungkapan realitas
tertentu baik dinyatakan dalam bentuk positif maupun bentuk negatif.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PROPOSISI
Proposisi adalah suatu keputusan. Keputusan yang dipermasalahkan
dalam filsafat logika adalah keputusan yang berhubungan dengan term-term yang
terangkai dalam suatu kalimat. Jadi proposisi atau keputusan adalah pernyataan
tentang relasi yang terdapat diantara dua buah term. Suatu proposisi mempunyai
tiga unsur sebagai berikut:
1.
Subyek 2. Predikat; 3. Kopula (penghubung antara subyek dan predikat).
Misalnya proposisi: ‘Semua manusia
adalah hamba Allah’. Semua manusia sebagai subyek;hamba Allah sebagai
predikat; adalah sebagai kopula.
Menurut logika tradisional, proposisi mestinya terdiri atas
tiga bagian, yaitu subyek, predikat dan kopula. Kopula mesti ada dan fungsinya
menyatakan hubungan yang terdapat antara subyek dan predikat. Hubungan yang
dinyatakan oleh kopula mungkin berupa afirmasi, artinya kopula menyatakan bahwa
diantara subyek dan predikat tidak terdapat suatu hubungan apapun.[3]
Dalam Logika dikenal adanya dua
macam proposisi, menurut sumbernya, yaitu proposisi analitik dan proposisi
sintetik. Proposisi analitik adalah proposisi yang predikatnya mempunyai
pengertian yang sudah terkandung pada subyeknya, seperti :[4]
Burung adalah hewan. Kata “hewan” pengertiannya sudah
terkandung pada subyek “burung”. Jadi predikat pada proposisi analitik tidak
mendatangkan pengetahuan baru. Untuk menilai benar tidaknya proposisi serupa
kita lihat ada tidaknya pertentangan dalam diri pernyataan itu. Prposisi
analitik disebut juga proposisi a priori.
Proposisi sintetik adalah proposisi yang predikatnya
mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya, seperti :
Manggis itu manis. Kata “manis”
pengertiannya belum terkandung ada subyeknya, yaitu “manggis”. Jadi kata
“manis” merupakan pengetahuan baru yang didapat melalui pengalaman. Roosisi
sintetik adalah lukisan dari kenyataan empirik maka untuk menguji benar
salahnya diukur berdasarkan sesuai tidaknya dengan kenyataan empiriknya.
Proposisi ini disebutproposisi a posteriori.[5]
2.
MACAM-MACAM
PROPOSISI MENURUT BENTUKNYA
a. Proposisi Kategorik
Proposisi
kategorik adalah proposisi yang mengandung pernyataan tanpa adanya syarat.
Proposisi kategorik yang paling sederhana terdiri dari satu term subyek, satu
term predikat, satu kopula dan satu quantifier. Subyek adalah term yang menjadi
pokok pembicaraan. Predikat adalah term yang menerangkan subyek. Kopula adalah
kata yang menyatakan hubungan antara term subyek dan term predikat. Quantifier
adalah kata yang menunjukan banyaknya satuan yang diikat oleh term subyek.
Sebagian manusia adalah pedagang
Quantifier
subyek
kopula
predikat
Perlu diketahui, meskipun dalam suatu proposisi tidak
menyatakan quantifier-nya tidak berarti subyek dari proposisi tersebut tidak
mengandung pengertian banyaknya satuan diikatnya. Perhatikan proposisi yang
quantifier-nya dinyatakan :
§ Proposisi universal
: Semua tanaman membutuhkan air.
§ Proposisi partikular
: Sebagian manusia dapat menerima pendidikan tinggi.
§ Proposisi singular
: Seorang yang bernama Hasan adalah seorang guru.
Proposisi
tersebut dapat dinyatakan tanpa disebut quantifier-nya tanpa mengubah kuantitas
proposisinya :
§ Proposisi universal : Tanaman
membutuhkan air.
§ Proposisi partikular : Manusia dapat
menerima pendidikan tinggi.
§ Proposisi singular : Hasan adalah
guru.
Dari
kombinasi antara kuantitas dan kualitas proposisi maka kita kenal enam macam
proposisi, yaitu :
1.
Universal
positif, seperti : Semua manusia akan mati
2.
Partikular
positif, seperti : Sebagian manusia adalah guru
3.
Singular
positif, seperti : Rudi adalah pemain bulu tangkis
4.
Universal
negatif, seperti : Semua kucing bukan burung
5.
Partikular
negatif, seperti : Beberapa mahasiswa tidak lulus
6.
Singular
negatif, seperti : Fatimah bukan gadis pemalu
Proposisi universal positif,
kopulanya mengakui hubungan subyek dan predikat secara keseluruhan, dalam
Logika dilambangkan dengan huruf A. Proposisi partikular positif kopula
mengakui hubungan subyek dan predikat sebagian saja dilambangkan dengan huruf
I. Proposisi singular positif karena kopulanya mengakui hubungan subyek dan
predikat secara keseluruhan maka juga dilambangkan dengan huruf A. Huruf A dan
I masing-masing sebagai lambang proposisi universal positif dan partikular
positif diambil dari dua huruf hidup pertama kata Latin Affirmo yang
berarti mengakui.[6]
Proposisi universal negatif kopulanya mengingkari hubungan
subyek dan predikatnya secara keseluruhan, dalam Logika dilambangkan dengan
huruf E. Proposisi partikular negatif kopulanya mengingkari hubungan subyek dan
predikat sebagian saja, dilambangkan dengan huruf O. Proposisi singular negatif
karena kopulanya mengingkari hubungan subyek dan predikat secara keseluruhan,
juga dilambangkan dengan huruf E. Huruf E dan O yang dipakai sebagai lambang
tersebut diambil dari huruf hidup dalam kata nEgo, bahasa Latin yang berarti
menolak atau mengingkari.[7]
|
Lambang
|
Permasalahan
|
Rumus
|
|
A
|
Universal Positif
|
Semua S adalah P
|
|
I
|
Partikular positif
|
Sebagian S adalah P
|
|
E
|
Universal negative
|
Semua S bukan P
|
|
O
|
Partikular negative
|
Sebagian S bukan P
|
Dengan
pembahasan diatas maka kita mengenal lambang permasalahan proposisi
b.
Proposisi
Hipotetik
Pada proposisi kategorik kopula
menghubungkan dua buah term sedang pada proposisi hipotetik kopula
menghubungkan dua buah pernyataan. Sebuah proposisi hipotetik, misalnya : ‘Jika
hujan turun maka desa akan banjir’ pada dasarnya terdiri dari dua proposisi
kategorik ‘Hujan turun’ dan ‘Desa akan banjir’.’Jika’ dan ‘maka’ pada contoh
diatas adalah kopula, ‘hujan turun’ sebagai pernyataan pertama disebut sebab
atau antecedent dan ‘desa akan banjir’ sebagai pernyataan
kedua disebut akibat atau konsekuen.[8]
Proposisi
hipotetik mempunyai dua buah bentuk. Yaitu:
§ Jika A adalah B maka A adalah C,
seperti “Jika Feri rajin maka ia akan naik kelas”.
§ Jika A adalah B maka C adalah D,
seperti “Jika permintaan bertambah, maka harga akan naik”.
c. Proposisi Disyungtif
Seperti
juga proposisi hipotetik, proposisi disyungtif pada hakikatnya juga terdiri
dari dua buah proposisi kategorika. Sebuah proposisi disyungtif seperti :
Proposisi jika tidak benar maka salah ; jika dianalisis menjadi : ‘Poposisi itu
benar’ dan Proposisi itu salah”. Kopula yang berupa ‘jika’ dan ‘maka’ mengubah
dua proposisi kategorik menjadi permasalahan disyungtif. Kopula dari proposisi
disyungtif bervariasi sekali, seperti :
§ Hidup kalau tidak makan adalah mati.
§ Eko di kantin atau di perpus.
§ Jika bukan Dian yang memberi maka
Dodi.
Bentuk-bentuk
proposisi disyungtif yaitu:
1.
Proposisi
disyungtif sempurna.
§ Mempunyai alternatif kontradiktif
§ Rumus : A mungkin B mungkin non B,
seperti “Fajar mungkin masih hidup mungkin sudah mati (non-hidup)”.
2.
Proposisi
disyungtif tidak sempurna.
§ idak sempurna alternatifnya tidak
berbentuk kontradiktif.
§ Rumus : A mungkin B mungkin C,
seperti “Gilang berhelm hitam atau berhelm putih”.
3.
MACAM-MACAM
PROPOSISI MENURUT SUMBERNYA
Proposisi
menurut sumbernya : proposisi analitik dan proposisi sintetik
1. P. Analitik/P. apriori : Proposisi dimana P mempunyai pengertian yg sudah terkandung pada S.
1. P. Analitik/P. apriori : Proposisi dimana P mempunyai pengertian yg sudah terkandung pada S.
pada proposisi ini tidak menghadirkan pengertian baru.
– Mangga adalah
buah-buahan, Kuda adalah hewan, Ayah adalah orang laki-
laki.
Untuk menilai benar salahnya : harus dilihat ada tidaknya pertentangan dalam diri pernyataan itu.
laki.
Untuk menilai benar salahnya : harus dilihat ada tidaknya pertentangan dalam diri pernyataan itu.
2. Proposisi sintetik : Proposisi P
mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya.
Contoh : Pepaya
ini manis
Beckham adalah
orang kaya
Siswa itu pintar
Gadis itu cantik
kata manis,
kaya, pintar dan cantik merupakan pengetahuan baru yang didapat melalui pengalaman.
Proposisi
sintetik : merupakan lukisan dari kenyataan emperik sehingga pengujiannya
adalah berdasarkan sesuai tidaknya dengan kenyataan emperiknya. Karena itu
disebut juga proposisi a posteriori.[9]
BAB
III
KESIMPULAN
PROPOSISI mengandung beberapa
pengertian, diantaranya adalah :
- Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar salahnya.
- Proposisi merupakan unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna.
- Semua pernyataan pikiran yang mengungkapkan keinginan, dan kehendak tidak dapat dinilai benar dan salahnya bukanlah proposisi.
- Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar salahnya.
- Proposisi merupakan unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna.
- Semua pernyataan pikiran yang mengungkapkan keinginan, dan kehendak tidak dapat dinilai benar dan salahnya bukanlah proposisi.
Proposisi menurut sumbernya :
proposisi analitik dan proposisi sintetik.
berdasarkan sesuai tidaknya dengan
kenyataan emperiknya. Karena itu disebut juga proposisi a posteriori.
DAFTAR PUSTAKA
Copi, Iriving M. 1978. Introduction to Logic.
New York: Macmillan Publishing.
Keraf ,Gorys. 1982. Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III.
Jakarta:Gramedia..
McCall, Raymond. 1966. Basic Logic. New
York: Barnes and Noble
Mehra, Partap Sing. Pengantar Logika Tradisional. Bandung: Bina Cipta.
Mundiri. 2009. Logika. Jakarta: Rajawali Pers
White, Morton. 1960. The Age of Analysis. New York : New American Library.
[1] Gorys
Keraf, Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III, Gramedia, Jakarta, 1982, hlm. 5
[2] Logika Simbolik. Lihat lebih jauh misalnya pada Irving M. Copi,
Introduction. op. cit., hlm. 263-308.
[3] Partap
Sing Mehra, Pengantar Logika Tradisional, (Bandung: Bina Cipta), hlm. 34
[4] Morton
White, The Age of Analysis, New
American Library, New York, 1960, hlm. 297
[5] Mundiri, Logika,(Jakarta: Rajawali Pers: 2009), hlm.55-56
[6] Raymond
J. McCall, op.cit., hlm. 52
[7] Ibid.,
hlm 53.
[8] Ibid.,
hlm. 61-6.
wihhhh,,, keren kali blog kakka
ReplyDeleteTerimakasih banyak ya atas ilmunya. Saya idzin download 🙏
ReplyDelete