Friday, June 19, 2015

Bersembunyi di Balik Air

Berbuka Pertama &  Ramadhan ke-2
Kisah yang menurut saya MENARIK dan berharga.
Alhamdulilah, setelah seharian berpuasa akhirnya berhasil menyelesaikannya hingga berbuka. Menu berbuka di rumah pada hari ini tidaklah jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya yaitu nasi dan ikan sambal. “Teh Manis Dingin” atau “ManDi” (istilah Keren), itulah yang menjadi pembeda santap malam ini dengan malam lainnya.
Namun saya tidak bisa menikmati “teh manis dingin” tersebut, tetapi saya lebih memilih teh manis hangat karena kondisi fisik yang masih flu. Sebelum berbuka, semangat menggebu-gebu untuk menikmati berbuka, namun ternyata setelah meneguk teh manis, seluruh rasa dahaga dan lapar saya sudah cukup hilang.
Sejenak saya berfikir, sebenarnya apa “TUJUAN dari berbuka” puasa ini? Apakah dengan makan sebanyak-banyaknya? Apakah menu makanan yang bermacam jenis? Sejujurnya jika ditanya kapada saya pribadi, dengan meminum segelas air “Itu sudah cukup” untuk membalaskan dahaga puasa dalam satu hari ini. Bagi saya, air merupakan ciptaan Tuhan yang selalu membuat saya terkagum-kagum.

Islam Agama yang Ber-Etika

Sahur Pertama
Diri ini terbangun di tengah malam pukul 03.15, sama seperti biasanya. Namun ada hal yang berbeda, kepala ini terasa pusing karena sudah 2 hari kondisi badan tidak fit, dan saya memutuskan untuk meneguk segelas air putih lalu kembali berbaring  dan mencoba untuk kembali tidur.
Namun, baru saja saya akan memasuki fikiran bawah sadar alias tidur, mata saya tersenetak terbuka karena mendengar suara teriakan dari Masjid-Masjid yaitu “SAAHUUUUURRR.SAAAHHUUUUURRR.SAAHHHHUUUUR”.  suara itu membuat seakan-akan rumah saya terkepung dan diselimuti. suara itu membuat kepala saya semakin pusing. Terbesit pertanyaan dalam hati saya, “apakah hal itu merupakan ajaran Agama”, namun tak pernah saya pribadi mendengar bahwa Rasulullah sibuk membangunkan masyarakat untuk sahur. Jika itu bukan sebuah Syariat, bisa jadi itu merupakan “budaya”, seperti yang pernah saya pelajari dalam Antrologi Agama bersama dosen saya Pak Jaipuri.
Kemudian timbul pertanyaan lagi, “apakah di negara lain juga ada kebiasaan membangunkan masyarakat untuk sahur, sama seperti di Indonesia?”. Dan pertanyaan itu tidak bisa hati ini menjawab.