Monday, March 30, 2015

Proposisi dan Macam-macamnya





Disusun oleh Nurma Syahputri
BAB I
PENDAHULUAN

Telah kita ketahui, Logika mempelajari cara bernalar yang benar dan kita tidak bisa melaksanakannya tanpa memiliki dahulu pengetahuan yang menjadi premisnya. Bila kita bandingkan dengan sebuah bangunan, premis itu adalah batu, pasir dan semennya; sedangkan proses penalaran itu dapat kita samakan dengan bagan atau arsitekturnya. Dengan semen, batu dan pasir serta arsitekturnya yang baik akan dihasilkan bangunan yang indah dan kokoh, dengan premis yang dapat dipertanggungjawabkan dan melalui proses penalaran yang sah akan dihasilkan kesimpulan yang benar.[1]
Premis-premis di mana Logika bergelut berupa pernyataan dalam bentuk kata-kata , meskipun dalam penyelidikan lebih lanjut dijumpai pernyataan dalam bentuk kata-kata, meskipun dalam penyelidikan lebih lanjut dijumpai pernyataan dalam rumus-rumus.[2]
Pernyataan pikiran manusia adakalanya mengungkapkan keinginan, perintah, harapan, cemooh, kekaguman dan pengungkapan realitas tertentu baik dinyatakan dalam bentuk positif maupun bentuk negatif.



BAB II
PEMBAHASAN

1.      PENGERTIAN PROPOSISI
Proposisi adalah suatu keputusan. Keputusan yang dipermasalahkan dalam filsafat logika adalah keputusan yang berhubungan dengan term-term yang terangkai dalam suatu kalimat. Jadi proposisi atau keputusan adalah pernyataan tentang relasi yang terdapat diantara dua buah term. Suatu proposisi mempunyai tiga unsur sebagai berikut:
1.      Subyek      2. Predikat;      3. Kopula (penghubung antara subyek dan predikat).
Misalnya proposisi: ‘Semua manusia adalah hamba Allah’. Semua manusia sebagai subyek;hamba Allah sebagai predikat; adalah sebagai kopula.
Menurut logika tradisional, proposisi mestinya terdiri atas tiga bagian, yaitu subyek, predikat dan kopula. Kopula mesti ada dan fungsinya menyatakan hubungan yang terdapat antara subyek dan predikat. Hubungan yang dinyatakan oleh kopula mungkin berupa afirmasi, artinya kopula menyatakan bahwa diantara subyek dan predikat tidak terdapat suatu hubungan apapun.[3]
Dalam Logika dikenal adanya dua macam proposisi, menurut sumbernya, yaitu proposisi analitik dan proposisi sintetik. Proposisi analitik adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang sudah terkandung pada subyeknya, seperti :[4]
Burung adalah hewan. Kata “hewan” pengertiannya sudah terkandung pada subyek “burung”. Jadi predikat pada proposisi analitik tidak mendatangkan pengetahuan baru. Untuk menilai benar tidaknya proposisi serupa kita lihat ada tidaknya pertentangan dalam diri pernyataan itu. Prposisi analitik disebut juga proposisi a priori.
Proposisi sintetik adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya, seperti :
Manggis itu manis. Kata “manis” pengertiannya belum terkandung ada subyeknya, yaitu “manggis”. Jadi kata “manis” merupakan pengetahuan baru yang didapat melalui pengalaman. Roosisi sintetik adalah lukisan dari kenyataan empirik maka untuk menguji benar salahnya diukur berdasarkan sesuai tidaknya dengan kenyataan empiriknya. Proposisi ini disebutproposisi a posteriori.[5]

2.      MACAM-MACAM PROPOSISI MENURUT BENTUKNYA
a.      Proposisi Kategorik
Proposisi kategorik adalah proposisi yang mengandung pernyataan tanpa adanya syarat. Proposisi kategorik yang paling sederhana terdiri dari satu term subyek, satu term predikat, satu kopula dan satu quantifier. Subyek adalah term yang menjadi pokok pembicaraan. Predikat adalah term yang menerangkan subyek. Kopula adalah kata yang menyatakan hubungan antara term subyek dan term predikat. Quantifier adalah kata yang menunjukan banyaknya satuan yang diikat oleh term subyek.
Sebagian                manusia           adalah              pedagang
Quantifier             subyek             kopula             predikat
Perlu diketahui, meskipun dalam suatu proposisi tidak menyatakan quantifier-nya tidak berarti subyek dari proposisi tersebut tidak mengandung pengertian banyaknya satuan diikatnya. Perhatikan proposisi yang quantifier-nya dinyatakan :
§  Proposisi universal :     Semua tanaman membutuhkan air.
§  Proposisi partikular :     Sebagian manusia dapat menerima pendidikan tinggi.
§  Proposisi singular :     Seorang yang bernama Hasan adalah seorang guru.
Proposisi tersebut dapat dinyatakan tanpa disebut quantifier-nya tanpa mengubah kuantitas proposisinya :

§  Proposisi universal : Tanaman membutuhkan air.
§  Proposisi partikular : Manusia dapat menerima pendidikan tinggi.
§  Proposisi singular : Hasan adalah guru.
Dari kombinasi antara kuantitas dan kualitas proposisi maka kita kenal enam macam proposisi, yaitu :
1.      Universal positif, seperti : Semua manusia akan mati
2.      Partikular positif, seperti : Sebagian manusia adalah guru
3.      Singular positif, seperti : Rudi adalah pemain bulu tangkis
4.      Universal negatif, seperti : Semua kucing bukan burung
5.      Partikular negatif, seperti : Beberapa mahasiswa tidak lulus
6.      Singular negatif, seperti : Fatimah bukan gadis pemalu
Proposisi universal positif, kopulanya mengakui hubungan subyek dan predikat secara keseluruhan, dalam Logika dilambangkan dengan huruf A. Proposisi partikular positif kopula mengakui hubungan subyek dan predikat sebagian saja dilambangkan dengan huruf I. Proposisi singular positif karena kopulanya mengakui hubungan subyek dan predikat secara keseluruhan maka juga dilambangkan dengan huruf A. Huruf A dan I masing-masing sebagai lambang proposisi universal positif dan partikular positif diambil dari dua huruf hidup pertama kata Latin Affirmo yang berarti mengakui.[6]
Proposisi universal negatif kopulanya mengingkari hubungan subyek dan predikatnya secara keseluruhan, dalam Logika dilambangkan dengan huruf E. Proposisi partikular negatif kopulanya mengingkari hubungan subyek dan predikat sebagian saja, dilambangkan dengan huruf O. Proposisi singular negatif karena kopulanya mengingkari hubungan subyek dan predikat secara keseluruhan, juga dilambangkan dengan huruf E. Huruf E dan O yang dipakai sebagai lambang tersebut diambil dari huruf hidup dalam kata nEgo, bahasa Latin yang berarti menolak atau mengingkari.[7]
Lambang
Permasalahan
Rumus
A
Universal Positif
Semua S adalah P
I
Partikular positif
Sebagian S adalah P
E
Universal negative
Semua S bukan P
O
Partikular negative
Sebagian S bukan P
Dengan pembahasan diatas maka kita mengenal lambang permasalahan proposisi

b.      Proposisi Hipotetik
Pada proposisi kategorik kopula menghubungkan dua buah term sedang pada proposisi hipotetik kopula menghubungkan dua buah pernyataan. Sebuah proposisi hipotetik, misalnya : ‘Jika hujan turun maka desa akan banjir’ pada dasarnya terdiri dari dua proposisi kategorik ‘Hujan turun’ dan ‘Desa akan banjir’.’Jika’ dan ‘maka’ pada contoh diatas adalah kopula, ‘hujan turun’ sebagai pernyataan pertama disebut sebab atau antecedent dan ‘desa akan banjir’ sebagai pernyataan kedua disebut akibat atau konsekuen.[8]
Proposisi hipotetik mempunyai dua buah bentuk. Yaitu:
§  Jika A adalah B maka A adalah C, seperti “Jika Feri rajin maka ia akan naik kelas”.
§  Jika A adalah B maka C adalah D, seperti “Jika permintaan bertambah, maka harga akan naik”.

c.       Proposisi Disyungtif
Seperti juga proposisi hipotetik, proposisi disyungtif pada hakikatnya juga terdiri dari dua buah proposisi kategorika. Sebuah proposisi disyungtif seperti : Proposisi jika tidak benar maka salah ; jika dianalisis menjadi : ‘Poposisi itu benar’ dan Proposisi itu salah”. Kopula yang berupa ‘jika’ dan ‘maka’ mengubah dua proposisi kategorik menjadi permasalahan disyungtif. Kopula dari proposisi disyungtif bervariasi sekali, seperti :
§  Hidup kalau tidak makan adalah mati.
§  Eko di kantin atau di perpus.
§  Jika bukan Dian yang memberi maka Dodi.
Bentuk-bentuk proposisi disyungtif yaitu:
1.      Proposisi disyungtif sempurna.
§  Mempunyai alternatif kontradiktif
§  Rumus : A mungkin B mungkin non B, seperti “Fajar mungkin masih hidup mungkin sudah mati (non-hidup)”.
2.      Proposisi disyungtif tidak sempurna.
§  idak sempurna alternatifnya tidak berbentuk kontradiktif.
§  Rumus : A mungkin B mungkin C, seperti “Gilang berhelm hitam atau berhelm putih”.







3.      MACAM-MACAM PROPOSISI MENURUT SUMBERNYA
Proposisi menurut sumbernya : proposisi analitik dan proposisi sintetik
1. P. Analitik/P. apriori : Proposisi dimana P mempunyai pengertian yg sudah terkandung pada S.

pada proposisi ini tidak menghadirkan pengertian baru.
– Mangga adalah buah-buahan, Kuda adalah hewan, Ayah adalah orang laki-
laki.
Untuk menilai benar salahnya : harus dilihat ada tidaknya pertentangan dalam diri pernyataan itu.
2. Proposisi sintetik : Proposisi P mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya.
Contoh : Pepaya ini manis
Beckham adalah orang kaya
Siswa itu pintar
Gadis itu cantik
kata manis, kaya, pintar dan cantik merupakan pengetahuan baru yang didapat melalui pengalaman.
Proposisi sintetik : merupakan lukisan dari kenyataan emperik sehingga pengujiannya adalah berdasarkan sesuai tidaknya dengan kenyataan emperiknya. Karena itu disebut juga proposisi a posteriori.[9]


BAB III
KESIMPULAN
PROPOSISI mengandung beberapa pengertian, diantaranya adalah :
- Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar salahnya.
- Proposisi merupakan unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna.
- Semua pernyataan pikiran yang mengungkapkan keinginan, dan kehendak tidak dapat dinilai benar dan salahnya bukanlah proposisi.
Proposisi menurut sumbernya : proposisi analitik dan proposisi sintetik.
berdasarkan sesuai tidaknya dengan kenyataan emperiknya. Karena itu disebut juga proposisi a posteriori.



DAFTAR PUSTAKA

Copi, Iriving M. 1978. Introduction to Logic. New York: Macmillan Publishing.
Keraf ,Gorys. 1982. Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III. Jakarta:Gramedia..
McCall, Raymond. 1966. Basic Logic. New York: Barnes and Noble
Mehra, Partap Sing. Pengantar Logika Tradisional. Bandung: Bina Cipta.
Mundiri. 2009. Logika. Jakarta: Rajawali Pers
White, Morton. 1960. The Age of Analysis. New York : New American Library.



[1] Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III, Gramedia, Jakarta, 1982, hlm. 5
[2] Logika Simbolik. Lihat lebih jauh misalnya pada Irving M. Copi, Introduction. op. cit., hlm. 263-308.
[3] Partap Sing Mehra, Pengantar Logika Tradisional, (Bandung: Bina Cipta), hlm. 34
[4] Morton White, The Age of Analysis, New American Library, New York, 1960, hlm. 297
[5] Mundiri, Logika,(Jakarta: Rajawali Pers: 2009), hlm.55-56
[6] Raymond J. McCall, op.cit., hlm. 52
[7] Ibid., hlm 53.
[8] Ibid., hlm. 61-6.